Sunday, April 2, 2023

Cerita Rakyat Cindelaras

 

Masih semangat untuk membaca cerita kumpulan cerita rakyat pendek ini kan, Bun? Jika tadi ada kisah dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat kini beralih ke Cindelaras yang berasal dari daerah Jawa Timur. Kisahnya pun tak kalah menarik dari yang lain lho, Bun.

Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden Putra. Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan seorang selir. Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki, sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.

Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit. Tabib mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya. Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.

Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia memang tidak melakukan apa-apa. Namun, hati raja sudah tertutup. Raja yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.

Sampai di hutan, pengawal tersebut tidak melaksanakan perintah, malah membangunkan sebuah rumah sederhana untuk sang ratu tinggal. Sekembalinya dari hutan, pengawal tersebut membunuh seekor kelinci lalu mengoleskan darah itu pada pedangnya sebagai bukti ia telah membunuh ratu.

Ratu yang tinggal di hutan tersebut sudah melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan tampan.

Saat sedang membantu ibunya mencari kayu bakar, Cindelaras menemukan sebuah telur. Dirawatnya telur tersebut hingga menetas. Ternyata, ayam tersebut adalah ayam ajaib yang sangat kuat dan bisa berbicara.

“Tuanku adalah Cindelaras. Rumahnya di hutan. Dia adalah anak dari Raden Putra.”

Begitu ucapnya berulang-ulang. Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu menceritakan semuanya kepada Cindelaras. Ia lalu meminta ijin untuk menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.

Dalam perjalanan menuju Jenggala, ia diajak oleh orang beberapa orang untuk mengadu kehebatan ayam miliknya. Tak hanya satu, ternyata ayam tersebut mampu mengalahkan puluhan ayam lain hanya dalam beberapa menit. Berita tersebut sampai ke telinga Raden Putra dan ingin mengadu ayamnya dengan ayam Cindelaras.

Setelah diadu ternyata ayam Cindelaraslah yang menang. Saat ayam tersebut berbicara, barulah raja menyadari bahwa ia mempunyai soerang anak yang ia buang. Raja menyesal lalu meminta maaf dan menemui ratu untuk membawanya pulang.

Menurut Bunda, nilai moral apa yang terkandung dalam cerita rakyat yang singkat dan menarik di atas? Iya, Bunda benar. Lewat kisah ini si kecil nanti dapat belajar untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang lain begitu saja.

Seperti Raden Putra yang begitu saja mempercayai omongan tabib padahal si tabib ternyata berbohong. Akhirnya ia menyesal karena telah menelantarkan istri dan anaknya padahal seharusnya ia harus menjaga dan menyanyangi istri dan anaknya.

Cerita Rakyat Sangkurian

 

Salah satu dari kumpulan cerita rakyat pendek yang begitu populer adalah legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu atau dikenal juga dengan Sangkuriang. Berikut kisah cerita rakyat Sangkuriang secara singkat.

Zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang cantik bernama Dayang Sumbi. Kecantikannya begitu tersohor hingga banyak para bangsawan yang hendak meminang dirinya. Namun, semua lamaran tersebut ditolaknya sehingga membuat para lelaki yang ditolaknya itu berperang satu sama lain.

Hatinya sedih melihat hal tersebut. Ia meminta kepada sang ayah, Raja Sumbing Perbangkara, untuk mengasingkan diri. Dayang Sumbi pun mengasingkan diri di sebuah bukit dengan ditemani oleh seekor anjing bernama Tumang.

Dalam pengasingan tersebut, Dayang Sumbi menghabiskan waktu dengan menenun. Suatu saat, benang tenunnya jatuh dan ia sangat malas untuk mengambilnya. Ia pun berujar apabila ada seorang laki-laki yang mengambilkan benangnya, maka akan dinikahinya, sedangkan jika perempuan akan dijadikannya saudara.

Betapa terkejutnya Dayang Sumbi ketika yang mengambilkan gulungan tersebut adalah si Tumang. Namun, ia tetap menepati janjinya. Tak disangka, Tumang adalah penjelmaan seorang dewa yang akan berubah wujud menjadi pria tampan saat bulan purnama saja.

Setelah menikah, setahun kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang cerdas dan pandai memanah.

Suatu hari, sang ibu menyuruhnya berburu rusa di hutan karena ia ingin sekali makan hati rusa. Sangkuriang sudah berburu seharian tapi tak satu pun hewan buruan bisa ia dapatkan.

Karena suatu hal, ia begitu kesal kepada Tumang. Dipanahnya anjing itu dan diambil hatinya untuk diberikan kepada sang ibu. Dayang Sumbi sangat marah saat mengetahui bahwa anak lelakinya telah membunuh ayahnya sendiri.

Ia memukul Sangkuriang dengan centong hingga membekas dan mengusirnya. Hingga beberapa tahun kemudian, Dayang Sumbi bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Jaka. Pemuda tersebut terpesona akan kecantikannya dan ingin memperistrinya.

Dayang Sumbi akhirnya menyadari bahwa Jaka adalah anaknya yang ia usir dulu setelah mengetahui bekas luka di kepalanya. Saat diberi tahu, Sangkuriang tidak percaya begitu saja. Mana mungkin Ibunya masih muda. Ternyata, Dayang Sumbi masih muda karena pernah memakan hati Tumang.

Karena tetap keras kepala, akhirnya perempuan itu mengajukan syarat untuk dibuatkan perahu beserta danau dan harus selesai sebelum matahari terbit. Saat tengah malam, ia melihat pekerjaan Sangkuriang dan ia kaget karena ternyata Sangkuriang sangat sakti dan hampir menyelesaikannya.

Wanita cantik tersebut gelisah lalu meminta bantuan kepada warga untuk menumbuk padi. Ayam pun berkokok dan membuat makhluk halus yang membantu Sangkuriang pergi karena mengira hari sudah fajar.

Sangkuriang tahu akal Dayang Sumbi itu. Ia sangat marah hingga menjebol bendungan dan menendang perahu yang telah ia buat. Perahu itulah yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.

Dari kisah yang berasal dari Jawa Barat tersebut, Bunda bisa mengajarkan kepada si kecil untuk belajar mendengarkan orang lain dan tidak memaksakan kehendak. Apalagi nantinya akan hidup di masyarakat, dan tidak semuanya bisa berjalan sesuai keinginan kita.

Selain itu, nilai kehidupan lain yang bisa diambil dari cerita di atas adalah jangan membuat keputusan dan melakukan tindakan ceroboh saat sedang marah. Cerita rakyat tersebut juga bisa dijadikan sebagai dongeng pengantar tidur lho, Bun.

Timun Mas

Timun Mas

cerita rakyat

Timun Mas atau Timun Emas (Jawa: "mentimun emas"). Adalah cerita rakyat Jawa menceritakan kisah seorang gadis pemberani yang mencoba untuk bertahan dan melarikan diri dari raksasa hijau jahat yang mencoba untuk menangkap dan memakannya.[1]

ReferensiSunting

  1. ^ Samsuni. "Timun Mas". Cerita Rakyat Nusantara. Diakses tanggal 8 Mei 2012.



 

Batu Menangis



Di sebuah desa, hiduplah seorang gadis cantik bersama ibunya yang merupakan seorang janda tua. Ayah dari gadis tersebut sudah lama telah tiada dan karena inilah gadis cantik dan ibunya hidup serba sulit. Untuk menafkahi hidup mereka berdua, ibu dari gadis cantik ini rela bekerja kasar di ladang kecil mereka. Karena kerja keras ini, ibu gadis cantik tersebut lama kelamaan menjadi lebih kurus dan kulitnya menjadi makin lama makin gelap. Sayang, gadis cantik itu sudah terbiasa dengan hidup yang bermalas-malasan dan kerjanya hanya bersolek di depan cermin.

“Diriku cantik sekali. Semua orang yang melihat perawakanku pasti langsung mengagumi kecantikanku. Tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan kecantikanku ini,” ucap gadis tersebut dalam hati sambil memandangi bayangannya di depan cermin. Setiap kali ibunya meminta bantuannya di ladang atau melakukan hal-hal yang setidaknya dapat dilakukan oleh gadis tersebut, ia akan selalu membantah dan memarahi ibunya.

Pada suatu hari, setelah gadis cantik tersebut selesai mandi, ia langsung menuju kotak bedaknya. Namun, ia lupa bahwa bedaknya sudah habis, dan langsung mengeluh.

“Huh, seharusnya tadi aku meminta uang pada ibu untuk membeli bedak,” keluhnya. Setelah ibunya pulang dari ladang, ia langsung meminta ibunya untuk membelinya bedak dengan wajah yang masam, bukan dengan wajah penuh senyuman.

“Bu, belikan aku bedak!” kata gadis cantik tersebut, tidak melihat ibunya sekalipun.

“Jangan dulu, Nak. Ibu masih belum punya cukup uang, sekarang pun kita uang Ibu hanya cukup untuk membeli makanan kita untuk bulan ini,” jawab ibunya dengan rasa sedih.

“Ibu pelit! Mengapa aku mempunyai ibu yang pelit seperti ini? Aku juga tidak pernah meminta ibu untuk melahirkan aku ke dunia. Aku juga tidak pernah meminta ibu untuk menjadi ibuku!” ujar gadis cantik itu. Mendengar hinaan dari anaknya ini, ibu gadis cantik tersebut merasa sakit hati. Sebagai ibu yang sabar dan perhatian, ibu gadis cantik itu pun rela merogoh dompet kecilnya yang memiliki isi yang tidak banyak demi membahagiakan putri tunggalnya itu.

Pada keesokan harinya, sang ibu pun mengajak anaknya ke pasar untuk membeli bedak yang diinginkan anaknya.

“Ayo, Nak, ikut ibu ke pasar. Bukankah kamu ingin membeli bedak baru?” tanya ibu gadis cantik di depan kamarnya.

“Benarkah?” tanya gadis cantik dari dalam kamarnya, wajahnya berseri-seri.

“Iya, benar,” jawab ibunya.

“Kalau begitu, ibu langsung ke pasar saja sekarang, dan belilah bedak baruku. Aku tidak mau ikut karena aku takut mukaku yang putih ini bisa jadi gelap dan kotor!” balas gadis cantik tersebut sambil bersolek di depan cermin.

“Tetapi, ibu tidak tahu bedak seperti apa yang kamu mau, Nak,” ujar ibunya sambil menghela nafas.

“Baiklah, aku akan ikut tapi dengan satu syarat. Ibu harus berjanji untuk tidak berjalan dekat-dekat denganku,” kata gadis cantik tersebut. Ia pun keluar dari kamar dan bersiap-siap untuk pergi ke pasar dengan ibunya.

Saat dalam perjalanan di pasar, gadis cantik tersebut berjalan dengan cepat agar ibunya ketinggalan jauh darinya. Ia pun tidak sekali pun menoleh ke belakang kepada ibunya yang setengah berlari mengejarnya. Tetapi, walaupun gadis cantik itu berusaha agar ibunya tidak dapat mendekatinya, ia tetap tidak bisa menghindar dari tatapan warga. Dan diantara warga yang menatapinya, teman-temannya juga melihatnya. Karena ini, mereka pun menghampirinya.

“Eh, kamu mau kemana?” tanya teman-temannya yang penuh pertanyaan.

“Ke pasar. Aku mau membeli bedak baru,” jawab gadis cantik tersebut dengan setengah hati dan perasaan cemas.

“Itu siapa ibu tua yang dari tadi mengikutimu dari belakang? Ibumu, ya?” tanya teman-temannya.

“Bukan, mana mungkin ibu tua itu ibuku. Lihat saja dari penampilannya, jelas berbeda denganku, apalagi dengan pakaian lusuh dan kotor itu!” jawab gadis cantik tersebut dengan nada tegas.

“Jadi itu siapa?” tanya teman-temannya, masih heran dengan kelakuan ibu tua yang sekarang sudah ada di belakang gadis tersebut.

“Pembantuku.” ujar gadis cantik dengan lantas.

“Pantas saja. Ya sudah, selamat berbelanja!” kata teman-temannya. Mereka pun berlalu.

Ibu gadis tersebut yang mendengar segala sesuatu yang diucapkan anaknya langsung tersentak dan menetes air mata. Mendengar tangisan ibunya yang sekarang sedang menunduk dengan sedih, gadis itu pun menoleh ke belakang.

“Bu, ibu sedang apa? Ayo, cepat berdiri, kita lanjut perjalanan kita,” kata gadis cantik tersebut kebingungan. Semua orang yang sedang berlalu-lalang pun berhenti dan mengerumuni ibu dan anak tersebut. “Cepat, bu, semua orang sedang melihat! Jangan membuatku malu!”

Dengan bibir yang bergetar, ibu gadis cantik tersebut pun berdoa kepada Tuhan.

“Ya Tuhan, aku sudah tidak sanggup lagi menahan kesedihan ini. Anakku sudah keterlaluan dan hamba tidak lagi mampu berbuat apa-apa. Berikanlah hukuman yang setimpal untuk anak durhaka ini,” ucap sang ibu, terbata-bata.

Seketika itu, gadis cantik itu pun langsung panik, dan mencoba untuk lari menghindari kerumunan. Tetapi, benar saja, tubuh gadis itu semakin lama semakin kaku. Kakinya mulai mengeras, dilanjutkan dengan tubuhnya. Sebelum ia sepenuhnya menjadi batu, ia berteriak minta maaf.

“Maafkan aku, bu! Aku tau aku salah! Aku tidak akan mengulanginya!” jerit gadis cantik tersebut sambil menangis menyesali perbuatannya. Penyesalan selalu datang terlambat. Nasi pun sudah menjadi bubur. Permintaan maaf apa pun sudah tidak berguna. Warga desa nantinya memindahkan batu tersebut di dekat sebuah tebing, sebagai peringatan untuk tidak menjadi seorang anak yang durhaka. Batu ini pun nantinya dinamakan “Batu Menangis”, sesuai dengan akhir dari kehidupan gadis cantik tersebut.

Malin Kudang

Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Malin Kundang Sebuah prangko dengan ilustrasi legenda Malin Kundang, tahun 1998. Dongeng rakyatNamaMalin KundangDataMitologiMinangkabauNegaraIndonesiaKawasanSumatra Barat Cerita rakyat yang mirip juga dapat ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Di Malaysia cerita serupa berkisah tentang Si Tenggang[1] yang berasas dari kisah lebih awal lagi pada tahun 1900 dalam buku Malay Magic yang ditulis oleh Walter William Skeat sebagai satu cerita rakyat berjudul Charitra Megat Sajobang.[2] Cerita Si Tenggang pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada tahun 1975 sebagai judul Nakoda Tenggang: Sebuah Legenda dari Malaysia.[3] Daftar isi KisahSunting Diceritakan bahwa Malin Kundang merupakan anak semata wayang yang tinggal bersama ibunya. Saat remaja, ia memutuskan untuk merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan dirampas, sementara para awak kapal dan penumpang dibantai. Malin Kundang bersembunyi sehingga nyawanya selamat. Setelah terkatung-katung di laut, akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat, dan memulai kehidupan yang baru di sana. Berkat kegigihannya dalam bekerja, ia berhasil menjadi saudagar yang memiliki banyak kapal dagang beserta anak buah. Setelah menjadi kaya, Malin Kundang pun menikah. Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran, dan berlabuh di tanah kelahirannya. Ibu Malin menyaksikan kedatangannya. Sang ibu melihat bahwa saudagar di kapal sangat mirip dengan Malin Kundang. Ia mendekati kapal untuk memastikan ciri-ciri anaknya, dan semakin yakin setelah semuanya cocok, lalu ia berusaha untuk berbicara dengan Malin Kundang. Tetapi, Malin Kundang menjadi marah meskipun dia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu akan penampilan ibunya yang lusuh dan kotor. Mendapat perlakukan seperti itu, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia pun menyumpah anaknya, “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Saat Malin Kundang kembali pergi berlayar, badai dahsyat menghancurkan kapalnya. Lalu ia terdampar di pantai tanah kelahirannya. Setelah itu, tubuhnya perlahan menjadi kaku, dan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Kisah tersebut berlatar di pantai Air Manis (Aia Manih), di selatan kota Padang, Sumatra Barat. Batu Malin KundangSunting Batu Malin Kundang di pantai Air Manis, Padang. Legenda Malin Kundang telah memberi inspirasi bagi sebuah karya seni di pantai Air Manis, Padang.[4] Karya itu berbentuk pecahan kapal dan seseorang yang disebutkan sebagai Malin Kundang, dalam posisi tertelungkup di pesisir Pantai Air Manis, Kota Padang, Sumatra Barat. Bongkahan batu menggambarkan akhir hidup tokoh Malin Kundang, saudagar yang saat kedatangannya ke kampung halaman mendapat kutukan karena menolak mengakui ibunya. Keberadaan Batu Malin Kundang telah memopulerkan Pantai Air Manis, tempat latar legenda sebagai salah satu daya tarik wisata di Padang. Relief pada Batu Malin Kundang sendiri dikerjakan pada tahun 1980-an, hasil karya Dasril Bayras bersama Ibenzani Usman.[4] Dalam budaya populerSunting Karena kepopulerannya kisah Malin Kundang berkali-kali diolah dalam berbagai bentuk, baik cerpen, drama, dan sinetron. Karya-karya adaptasi ini sangat beragam. DramaSunting Dramawan dan sastrawan Wisran Hadi menjadikan kisah Malin Kundang sebagai dasar dalam dramanya Malin Kundang (1978) dan Puti Bungsu (1979). SinetronSunting Malin Kundang merupakan sinetron yang diputar di SCTV pukul 20:00-21:00 WIB sejak 11 Januari 2005 hingga 25 Juli 2006 memiliki 81 episode dalam 2 musim yaitu musim 1: 65 episode & musim 2: 16 episode diproduksi MD Entertainment dan Surya Citra Pictures. Dalam sinetron ini latar cerita Malin Kundang dibawa ke alam modern. Malin Kundang diperankan oleh Fachri Albar. Dalam versi sinetron ini ibu Malin Kundang bernama Zainab dan diperankan Desy Ratnasari. Dan juga di musim kedua ini ada juga pemeran Jennifer Dunn sebagai Intan, anak dari Malin Kundang. Upin dan IpinSunting Salah satu episode Upin dan Ipin pernah menyinggung soal kesamaan cerita Malin Kundang dengan Si Tenggang. Murid-murid Tadika Mesra yang saat itu ditugaskan oleh Cikgu Melati untuk membacakan cerita rakyat. Ipin memilih cerita Si Tenggang, sedangkan Susanti memilih cerita Malin Kundang, hingga akhirnya terjadi perdebatan di antara keduanya. ReferensiSunting ^ Stories of a people: asserting place and presence via Orang Asli oral tradition Diarsipkan 2011-05-21 di Wayback Machine., Colin Nicholas, One-day Seminar and Exhibition on Orang Asli Oral Tradition, PPBKKM, FSSK, UKM, Bangi, 8 September 2004^ Malay magic: an introduction to the folklore and popular religion of the ... By Walter William Skeat^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-14. Diakses tanggal 2008-10-23.^ Lompat ke:a b antaranews.com. "Wisata Batu Malin Kundang". ANTARA News. Diakses tanggal 2019-11-12. Pranala luarSunting(Melayu) Junus, Umar. "Malin Kundang dan Dunia Kini" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-04-01. Diakses tanggal 2009-8-7.(Indonesia) MD Entertainment merilis Legenda Malin Kundang Diarsipkan 2007-03-11 di

5 Cerita Rakyat

 

Malin Kundang

Malin Kundang
Malin Kundang, 300rp (1998).jpg
Sebuah prangko dengan ilustrasi legenda Malin Kundang, tahun 1998.
Dongeng rakyat
NamaMalin Kundang
Data
MitologiMinangkabau
NegaraIndonesia
KawasanSumatra Barat

Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra BaratIndonesiaLegenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu.

Cerita rakyat yang mirip juga dapat ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Di Malaysia cerita serupa berkisah tentang Si Tenggang[1] yang berasas dari kisah lebih awal lagi pada tahun 1900 dalam buku Malay Magic yang ditulis oleh Walter William Skeat sebagai satu cerita rakyat berjudul Charitra Megat Sajobang.[2] Cerita Si Tenggang pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada tahun 1975 sebagai judul Nakoda Tenggang: Sebuah Legenda dari Malaysia.[3]

Kisah[sunting | sunting sumber]

Diceritakan bahwa Malin Kundang merupakan anak semata wayang yang tinggal bersama ibunya. Saat remaja, ia memutuskan untuk merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan dirampas, sementara para awak kapal dan penumpang dibantai. Malin Kundang bersembunyi sehingga nyawanya selamat. Setelah terkatung-katung di laut, akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat, dan memulai kehidupan yang baru di sana. Berkat kegigihannya dalam bekerja, ia berhasil menjadi saudagar yang memiliki banyak kapal dagang beserta anak buah. Setelah menjadi kaya, Malin Kundang pun menikah.

Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran, dan berlabuh di tanah kelahirannya. Ibu Malin menyaksikan kedatangannya. Sang ibu melihat bahwa saudagar di kapal sangat mirip dengan Malin Kundang. Ia mendekati kapal untuk memastikan ciri-ciri anaknya, dan semakin yakin setelah semuanya cocok, lalu ia berusaha untuk berbicara dengan Malin Kundang. Tetapi, Malin Kundang menjadi marah meskipun dia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu akan penampilan ibunya yang lusuh dan kotor. Mendapat perlakukan seperti itu, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia pun menyumpah anaknya, “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Saat Malin Kundang kembali pergi berlayar, badai dahsyat menghancurkan kapalnya. Lalu ia terdampar di pantai tanah kelahirannya. Setelah itu, tubuhnya perlahan menjadi kaku, dan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Kisah tersebut berlatar di pantai Air Manis (Aia Manih), di selatan kota PadangSumatra Barat.

Batu Malin Kundang[sunting | sunting sumber]

Batu Malin Kundang di pantai Air Manis, Padang.

Legenda Malin Kundang telah memberi inspirasi bagi sebuah karya seni di pantai Air ManisPadang.[4] Karya itu berbentuk pecahan kapal dan seseorang yang disebutkan sebagai Malin Kundang, dalam posisi tertelungkup di pesisir Pantai Air ManisKota PadangSumatra Barat. Bongkahan batu menggambarkan akhir hidup tokoh Malin Kundang, saudagar yang saat kedatangannya ke kampung halaman mendapat kutukan karena menolak mengakui ibunya.

Keberadaan Batu Malin Kundang telah memopulerkan Pantai Air Manis, tempat latar legenda sebagai salah satu daya tarik wisata di Padang. Relief pada Batu Malin Kundang sendiri dikerjakan pada tahun 1980-an, hasil karya Dasril Bayras bersama Ibenzani Usman.[4]

Dalam budaya populer[sunting | sunting sumber]

Karena kepopulerannya kisah Malin Kundang berkali-kali diolah dalam berbagai bentuk, baik cerpendrama, dan sinetron. Karya-karya adaptasi ini sangat beragam.

Drama[sunting | sunting sumber]

Dramawan dan sastrawan Wisran Hadi menjadikan kisah Malin Kundang sebagai dasar dalam dramanya Malin Kundang (1978) dan Puti Bungsu (1979).

Sinetron[sunting | sunting sumber]

Malin Kundang merupakan sinetron yang diputar di SCTV pukul 20:00-21:00 WIB sejak 11 Januari 2005 hingga 25 Juli 2006 memiliki 81 episode dalam 2 musim yaitu musim 1: 65 episode & musim 2: 16 episode diproduksi MD Entertainment dan Surya Citra Pictures. Dalam sinetron ini latar cerita Malin Kundang dibawa ke alam modern. Malin Kundang diperankan oleh Fachri Albar. Dalam versi sinetron ini ibu Malin Kundang bernama Zainab dan diperankan Desy Ratnasari. Dan juga di musim kedua ini ada juga pemeran Jennifer Dunn sebagai Intan, anak dari Malin Kundang.

Upin dan Ipin[sunting | sunting sumber]

Salah satu episode Upin dan Ipin pernah menyinggung soal kesamaan cerita Malin Kundang dengan Si Tenggang. Murid-murid Tadika Mesra yang saat itu ditugaskan oleh Cikgu Melati untuk membacakan cerita rakyat. Ipin memilih cerita Si Tenggang, sedangkan Susanti memilih cerita Malin Kundang, hingga akhirnya terjadi perdebatan di antara keduanya.






Batu Menangis

Legenda Batu Menangis adalah cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Barat.[1]

Ringkasan Cerita[sunting | sunting sumber]

Di sebuah desa, hiduplah seorang gadis cantik bersama ibunya yang merupakan seorang janda tua. Ayah dari gadis tersebut sudah lama telah tiada dan karena inilah gadis cantik dan ibunya hidup serba sulit. Untuk menafkahi hidup mereka berdua, ibu dari gadis cantik ini rela bekerja kasar di ladang kecil mereka. Karena kerja keras ini, ibu gadis cantik tersebut lama kelamaan menjadi lebih kurus dan kulitnya menjadi makin lama makin gelap. Sayang, gadis cantik itu sudah terbiasa dengan hidup yang bermalas-malasan dan kerjanya hanya bersolek di depan cermin.

“Diriku cantik sekali. Semua orang yang melihat perawakanku pasti langsung mengagumi kecantikanku. Tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan kecantikanku ini,” ucap gadis tersebut dalam hati sambil memandangi bayangannya di depan cermin. Setiap kali ibunya meminta bantuannya di ladang atau melakukan hal-hal yang setidaknya dapat dilakukan oleh gadis tersebut, ia akan selalu membantah dan memarahi ibunya.

Pada suatu hari, setelah gadis cantik tersebut selesai mandi, ia langsung menuju kotak bedaknya. Namun, ia lupa bahwa bedaknya sudah habis, dan langsung mengeluh.

“Huh, seharusnya tadi aku meminta uang pada ibu untuk membeli bedak,” keluhnya. Setelah ibunya pulang dari ladang, ia langsung meminta ibunya untuk membelinya bedak dengan wajah yang masam, bukan dengan wajah penuh senyuman.

“Bu, belikan aku bedak!” kata gadis cantik tersebut, tidak melihat ibunya sekalipun.

“Jangan dulu, Nak. Ibu masih belum punya cukup uang, sekarang pun kita uang Ibu hanya cukup untuk membeli makanan kita untuk bulan ini,” jawab ibunya dengan rasa sedih.

“Ibu pelit! Mengapa aku mempunyai ibu yang pelit seperti ini? Aku juga tidak pernah meminta ibu untuk melahirkan aku ke dunia. Aku juga tidak pernah meminta ibu untuk menjadi ibuku!” ujar gadis cantik itu. Mendengar hinaan dari anaknya ini, ibu gadis cantik tersebut merasa sakit hati. Sebagai ibu yang sabar dan perhatian, ibu gadis cantik itu pun rela merogoh dompet kecilnya yang memiliki isi yang tidak banyak demi membahagiakan putri tunggalnya itu.

Pada keesokan harinya, sang ibu pun mengajak anaknya ke pasar untuk membeli bedak yang diinginkan anaknya.

“Ayo, Nak, ikut ibu ke pasar. Bukankah kamu ingin membeli bedak baru?” tanya ibu gadis cantik di depan kamarnya.

“Benarkah?” tanya gadis cantik dari dalam kamarnya, wajahnya berseri-seri.

“Iya, benar,” jawab ibunya.

“Kalau begitu, ibu langsung ke pasar saja sekarang, dan belilah bedak baruku. Aku tidak mau ikut karena aku takut mukaku yang putih ini bisa jadi gelap dan kotor!” balas gadis cantik tersebut sambil bersolek di depan cermin.

“Tetapi, ibu tidak tahu bedak seperti apa yang kamu mau, Nak,” ujar ibunya sambil menghela nafas.

“Baiklah, aku akan ikut tapi dengan satu syarat. Ibu harus berjanji untuk tidak berjalan dekat-dekat denganku,” kata gadis cantik tersebut. Ia pun keluar dari kamar dan bersiap-siap untuk pergi ke pasar dengan ibunya.

Saat dalam perjalanan di pasar, gadis cantik tersebut berjalan dengan cepat agar ibunya ketinggalan jauh darinya. Ia pun tidak sekali pun menoleh ke belakang kepada ibunya yang setengah berlari mengejarnya. Tetapi, walaupun gadis cantik itu berusaha agar ibunya tidak dapat mendekatinya, ia tetap tidak bisa menghindar dari tatapan warga. Dan diantara warga yang menatapinya, teman-temannya juga melihatnya. Karena ini, mereka pun menghampirinya.

“Eh, kamu mau kemana?” tanya teman-temannya yang penuh pertanyaan.

“Ke pasar. Aku mau membeli bedak baru,” jawab gadis cantik tersebut dengan setengah hati dan perasaan cemas.

“Itu siapa ibu tua yang dari tadi mengikutimu dari belakang? Ibumu, ya?” tanya teman-temannya.

“Bukan, mana mungkin ibu tua itu ibuku. Lihat saja dari penampilannya, jelas berbeda denganku, apalagi dengan pakaian lusuh dan kotor itu!” jawab gadis cantik tersebut dengan nada tegas.

“Jadi itu siapa?” tanya teman-temannya, masih heran dengan kelakuan ibu tua yang sekarang sudah ada di belakang gadis tersebut.

“Pembantuku.” ujar gadis cantik dengan lantas.

“Pantas saja. Ya sudah, selamat berbelanja!” kata teman-temannya. Mereka pun berlalu.

Ibu gadis tersebut yang mendengar segala sesuatu yang diucapkan anaknya langsung tersentak dan menetes air mata. Mendengar tangisan ibunya yang sekarang sedang menunduk dengan sedih, gadis itu pun menoleh ke belakang.

“Bu, ibu sedang apa? Ayo, cepat berdiri, kita lanjut perjalanan kita,” kata gadis cantik tersebut kebingungan. Semua orang yang sedang berlalu-lalang pun berhenti dan mengerumuni ibu dan anak tersebut. “Cepat, bu, semua orang sedang melihat! Jangan membuatku malu!”

Dengan bibir yang bergetar, ibu gadis cantik tersebut pun berdoa kepada Tuhan.

“Ya Tuhan, aku sudah tidak sanggup lagi menahan kesedihan ini. Anakku sudah keterlaluan dan hamba tidak lagi mampu berbuat apa-apa. Berikanlah hukuman yang setimpal untuk anak durhaka ini,” ucap sang ibu, terbata-bata.

Seketika itu, gadis cantik itu pun langsung panik, dan mencoba untuk lari menghindari kerumunan. Tetapi, benar saja, tubuh gadis itu semakin lama semakin kaku. Kakinya mulai mengeras, dilanjutkan dengan tubuhnya. Sebelum ia sepenuhnya menjadi batu, ia berteriak minta maaf.

“Maafkan aku, bu! Aku tau aku salah! Aku tidak akan mengulanginya!” jerit gadis cantik tersebut sambil menangis menyesali perbuatannya. Penyesalan selalu datang terlambat. Nasi pun sudah menjadi bubur. Permintaan maaf apa pun sudah tidak berguna. Warga desa nantinya memindahkan batu tersebut di dekat sebuah tebing, sebagai peringatan untuk tidak menjadi seorang anak yang durhaka. Batu ini pun nantinya dinamakan “Batu Menangis”, sesuai dengan akhir dari kehidupan gadis cantik tersebut.

Makna Cerita[sunting | sunting sumber]

Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa surga ada di bawah kaki ibu. Dengan ini, kita sudah bisa membayangkan betapa besarnya peran seorang ibu bagi kehidupan anak-anaknya. Karena inilah sebagai seorang anak, kita harus berbakti dan menghormati orang tua. Selain itu, kita juga sepatutnya tidak menyombongkan kelebihan yang kita miliki, apalagi kelebihan penampilan atau fisik karena kelebihan ini tidak akan bertahan lama dan akan lapuk dengan waktu. Sedangkan, perbuatan yang kita lakukan terhadap orang tua akan tetap ada walaupun setelah kita meninggal dunia.maka untuk itu jadi anak jangan durhaka agar tidak menyesal di esok hari

Cerita-cerita Batu Menangis lainnya[sunting | sunting sumber]

Walaupun di Kalimantan Barat sendiri tidak dapat ditemukan lokasi spesifik dari Batu Menangis ini, namun di Indonesia, terdapat banyak cerita-cerita rakyat lainnya yang kurang lebih sama dengan cerita rakyat dari Kalimantan Barat ini. Contoh-contoh cerita rakyat serupa adalah cerita Batu Menangis dari Kalimantan SelatanMalin Kundang, dan yang paling mendekati adalah Batu Menangis yang dapat ditemukan di tempat wisata Cipanas, Taragong, Garut, Jawa Barat, tepatnya di kaki Gunung Guntur.




Timun Mas


Timun Mas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Timun Mas atau Timun Emas (Jawa: "mentimun emas"). Adalah cerita rakyat Jawa menceritakan kisah seorang gadis pemberani yang mencoba untuk bertahan dan melarikan diri dari raksasa hijau jahat yang mencoba untuk menangkap dan memakannya.[1]



Cerita Rakyat Sangkuriang


Salah satu dari kumpulan cerita rakyat pendek yang begitu populer adalah legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu atau dikenal juga dengan Sangkuriang. Berikut kisah cerita rakyat Sangkuriang secara singkat.


Zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang cantik bernama Dayang Sumbi. Kecantikannya begitu tersohor hingga banyak para bangsawan yang hendak meminang dirinya. Namun, semua lamaran tersebut ditolaknya sehingga membuat para lelaki yang ditolaknya itu berperang satu sama lain.


Hatinya sedih melihat hal tersebut. Ia meminta kepada sang ayah, Raja Sumbing Perbangkara, untuk mengasingkan diri. Dayang Sumbi pun mengasingkan diri di sebuah bukit dengan ditemani oleh seekor anjing bernama Tumang.


Dalam pengasingan tersebut, Dayang Sumbi menghabiskan waktu dengan menenun. Suatu saat, benang tenunnya jatuh dan ia sangat malas untuk mengambilnya. Ia pun berujar apabila ada seorang laki-laki yang mengambilkan benangnya, maka akan dinikahinya, sedangkan jika perempuan akan dijadikannya saudara.


Betapa terkejutnya Dayang Sumbi ketika yang mengambilkan gulungan tersebut adalah si Tumang. Namun, ia tetap menepati janjinya. Tak disangka, Tumang adalah penjelmaan seorang dewa yang akan berubah wujud menjadi pria tampan saat bulan purnama saja.


Setelah menikah, setahun kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang cerdas dan pandai memanah.


Suatu hari, sang ibu menyuruhnya berburu rusa di hutan karena ia ingin sekali makan hati rusa. Sangkuriang sudah berburu seharian tapi tak satu pun hewan buruan bisa ia dapatkan.


Karena suatu hal, ia begitu kesal kepada Tumang. Dipanahnya anjing itu dan diambil hatinya untuk diberikan kepada sang ibu. Dayang Sumbi sangat marah saat mengetahui bahwa anak lelakinya telah membunuh ayahnya sendiri.


Ia memukul Sangkuriang dengan centong hingga membekas dan mengusirnya. Hingga beberapa tahun kemudian, Dayang Sumbi bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Jaka. Pemuda tersebut terpesona akan kecantikannya dan ingin memperistrinya.


Dayang Sumbi akhirnya menyadari bahwa Jaka adalah anaknya yang ia usir dulu setelah mengetahui bekas luka di kepalanya. Saat diberi tahu, Sangkuriang tidak percaya begitu saja. Mana mungkin Ibunya masih muda. Ternyata, Dayang Sumbi masih muda karena pernah memakan hati Tumang.


Karena tetap keras kepala, akhirnya perempuan itu mengajukan syarat untuk dibuatkan perahu beserta danau dan harus selesai sebelum matahari terbit. Saat tengah malam, ia melihat pekerjaan Sangkuriang dan ia kaget karena ternyata Sangkuriang sangat sakti dan hampir menyelesaikannya.


Wanita cantik tersebut gelisah lalu meminta bantuan kepada warga untuk menumbuk padi. Ayam pun berkokok dan membuat makhluk halus yang membantu Sangkuriang pergi karena mengira hari sudah fajar.


Sangkuriang tahu akal Dayang Sumbi itu. Ia sangat marah hingga menjebol bendungan dan menendang perahu yang telah ia buat. Perahu itulah yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.


Dari kisah yang berasal dari Jawa Barat tersebut, Bunda bisa mengajarkan kepada si kecil untuk belajar mendengarkan orang lain dan tidak memaksakan kehendak. Apalagi nantinya akan hidup di masyarakat, dan tidak semuanya bisa berjalan sesuai keinginan kita.


Selain itu, nilai kehidupan lain yang bisa diambil dari cerita di atas adalah jangan membuat keputusan dan melakukan tindakan ceroboh saat sedang marah. Cerita rakyat tersebut juga bisa dijadikan sebagai donge

Cerita Rakyat Sangkuriang

Salah satu dari kumpulan cerita rakyat pendek yang begitu populer adalah legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu atau dikenal juga dengan Sangkuriang. Berikut kisah cerita rakyat Sangkuriang secara singkat.

Zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang cantik bernama Dayang Sumbi. Kecantikannya begitu tersohor hingga banyak para bangsawan yang hendak meminang dirinya. Namun, semua lamaran tersebut ditolaknya sehingga membuat para lelaki yang ditolaknya itu berperang satu sama lain.

Hatinya sedih melihat hal tersebut. Ia meminta kepada sang ayah, Raja Sumbing Perbangkara, untuk mengasingkan diri. Dayang Sumbi pun mengasingkan diri di sebuah bukit dengan ditemani oleh seekor anjing bernama Tumang.

Dalam pengasingan tersebut, Dayang Sumbi menghabiskan waktu dengan menenun. Suatu saat, benang tenunnya jatuh dan ia sangat malas untuk mengambilnya. Ia pun berujar apabila ada seorang laki-laki yang mengambilkan benangnya, maka akan dinikahinya, sedangkan jika perempuan akan dijadikannya saudara.

Betapa terkejutnya Dayang Sumbi ketika yang mengambilkan gulungan tersebut adalah si Tumang. Namun, ia tetap menepati janjinya. Tak disangka, Tumang adalah penjelmaan seorang dewa yang akan berubah wujud menjadi pria tampan saat bulan purnama saja.

Setelah menikah, setahun kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang cerdas dan pandai memanah.

Suatu hari, sang ibu menyuruhnya berburu rusa di hutan karena ia ingin sekali makan hati rusa. Sangkuriang sudah berburu seharian tapi tak satu pun hewan buruan bisa ia dapatkan.

Karena suatu hal, ia begitu kesal kepada Tumang. Dipanahnya anjing itu dan diambil hatinya untuk diberikan kepada sang ibu. Dayang Sumbi sangat marah saat mengetahui bahwa anak lelakinya telah membunuh ayahnya sendiri.

Ia memukul Sangkuriang dengan centong hingga membekas dan mengusirnya. Hingga beberapa tahun kemudian, Dayang Sumbi bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Jaka. Pemuda tersebut terpesona akan kecantikannya dan ingin memperistrinya.

Dayang Sumbi akhirnya menyadari bahwa Jaka adalah anaknya yang ia usir dulu setelah mengetahui bekas luka di kepalanya. Saat diberi tahu, Sangkuriang tidak percaya begitu saja. Mana mungkin Ibunya masih muda. Ternyata, Dayang Sumbi masih muda karena pernah memakan hati Tumang.

Karena tetap keras kepala, akhirnya perempuan itu mengajukan syarat untuk dibuatkan perahu beserta danau dan harus selesai sebelum matahari terbit. Saat tengah malam, ia melihat pekerjaan Sangkuriang dan ia kaget karena ternyata Sangkuriang sangat sakti dan hampir menyelesaikannya.

Wanita cantik tersebut gelisah lalu meminta bantuan kepada warga untuk menumbuk padi. Ayam pun berkokok dan membuat makhluk halus yang membantu Sangkuriang pergi karena mengira hari sudah fajar.

Sangkuriang tahu akal Dayang Sumbi itu. Ia sangat marah hingga menjebol bendungan dan menendang perahu yang telah ia buat. Perahu itulah yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.

Dari kisah yang berasal dari Jawa Barat tersebut, Bunda bisa mengajarkan kepada si kecil untuk belajar mendengarkan orang lain dan tidak memaksakan kehendak. Apalagi nantinya akan hidup di masyarakat, dan tidak semuanya bisa berjalan sesuai keinginan kita.

Selain itu, nilai kehidupan lain yang bisa diambil dari cerita di atas adalah jangan membuat keputusan dan melakukan tindakan ceroboh saat sedang marah. Cerita rakyat tersebut juga bisa dijadikan sebagai dongeng pengantar tidur lho, Bun.ng pengantar tidur lho, Bun.


Cerita Rakyat Cindelaras


Masih semangat untuk membaca cerita kumpulan cerita rakyat pendek ini kan, Bun? Jika tadi ada kisah dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat kini beralih ke Cindelaras yang berasal dari daerah Jawa Timur. Kisahnya pun tak kalah menarik dari yang lain lho, Bun.


Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden Putra. Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan seorang selir. Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki, sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.


Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit. Tabib mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya. Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.


Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia memang tidak melakukan apa-apa. Namun, hati raja sudah tertutup. Raja yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.


Sampai di hutan, pengawal tersebut tidak melaksanakan perintah, malah membangunkan sebuah rumah sederhana untuk sang ratu tinggal. Sekembalinya dari hutan, pengawal tersebut membunuh seekor kelinci lalu mengoleskan darah itu pada pedangnya sebagai bukti ia telah membunuh ratu.


Ratu yang tinggal di hutan tersebut sudah melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan tampan.


Saat sedang membantu ibunya mencari kayu bakar, Cindelaras menemukan sebuah telur. Dirawatnya telur tersebut hingga menetas. Ternyata, ayam tersebut adalah ayam ajaib yang sangat kuat dan bisa berbicara.


“Tuanku adalah Cindelaras. Rumahnya di hutan. Dia adalah anak dari Raden Putra.”


Begitu ucapnya berulang-ulang. Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu menceritakan semuanya kepada Cindelaras. Ia lalu meminta ijin untuk menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.


Dalam perjalanan menuju Jenggala, ia diajak oleh orang beberapa orang untuk mengadu kehebatan ayam miliknya. Tak hanya satu, ternyata ayam tersebut mampu mengalahkan puluhan ayam lain hanya dalam beberapa menit. Berita tersebut sampai ke telinga Raden Putra dan ingin mengadu ayamnya dengan ayam Cindelaras.


Setelah diadu ternyata ayam Cindelaraslah yang menang. Saat ayam tersebut berbicara, barulah raja menyadari bahwa ia mempunyai soerang anak yang ia buang. Raja menyesal lalu meminta maaf dan menemui ratu untuk membawanya pulang.


Menurut Bunda, nilai moral apa yang terkandung dalam cerita rakyat yang singkat dan menarik di atas? Iya, Bunda benar. Lewat kisah ini si kecil nanti dapat belajar untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang lain begitu saja.


Seperti Raden Putra yang begitu saja mempercayai omongan tabib padahal si tabib ternyata berbohong. Akhirnya ia menyesal karena telah menelantarkan istri dan anaknya padahal seharusnya ia harus menjaga dan menyan

Cerita Rakyat Cindelaras



Masih semangat untuk membaca cerita kumpulan cerita rakyat pendek ini kan, Bun? Jika tadi ada kisah dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat kini beralih ke Cindelaras yang berasal dari daerah Jawa Timur. Kisahnya pun tak kalah menarik dari yang lain lho, Bun.

Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden Putra. Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan seorang selir. Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki, sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.

Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit. Tabib mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya. Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.

Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia memang tidak melakukan apa-apa. Namun, hati raja sudah tertutup. Raja yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.

Sampai di hutan, pengawal tersebut tidak melaksanakan perintah, malah membangunkan sebuah rumah sederhana untuk sang ratu tinggal. Sekembalinya dari hutan, pengawal tersebut membunuh seekor kelinci lalu mengoleskan darah itu pada pedangnya sebagai bukti ia telah membunuh ratu.

Ratu yang tinggal di hutan tersebut sudah melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan tampan.

Saat sedang membantu ibunya mencari kayu bakar, Cindelaras menemukan sebuah telur. Dirawatnya telur tersebut hingga menetas. Ternyata, ayam tersebut adalah ayam ajaib yang sangat kuat dan bisa berbicara.

“Tuanku adalah Cindelaras. Rumahnya di hutan. Dia adalah anak dari Raden Putra.”

Begitu ucapnya berulang-ulang. Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu menceritakan semuanya kepada Cindelaras. Ia lalu meminta ijin untuk menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.

Dalam perjalanan menuju Jenggala, ia diajak oleh orang beberapa orang untuk mengadu kehebatan ayam miliknya. Tak hanya satu, ternyata ayam tersebut mampu mengalahkan puluhan ayam lain hanya dalam beberapa menit. Berita tersebut sampai ke telinga Raden Putra dan ingin mengadu ayamnya dengan ayam Cindelaras.

Setelah diadu ternyata ayam Cindelaraslah yang menang. Saat ayam tersebut berbicara, barulah raja menyadari bahwa ia mempunyai soerang anak yang ia buang. Raja menyesal lalu meminta maaf dan menemui ratu untuk membawanya pulang.

Menurut Bunda, nilai moral apa yang terkandung dalam cerita rakyat yang singkat dan menarik di atas? Iya, Bunda benar. Lewat kisah ini si kecil nanti dapat belajar untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang lain begitu saja.

Seperti Raden Putra yang begitu saja mempercayai omongan tabib padahal si tabib ternyata berbohong. Akhirnya ia menyesal karena telah menelantarkan istri dan anaknya padahal seharusnya ia harus menjaga dan menyanyangi istri dan anaknya.

Cerita Rakyat Cindelaras



Masih semangat untuk membaca cerita kumpulan cerita rakyat pendek ini kan, Bun? Jika tadi ada kisah dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat kini beralih ke Cindelaras yang berasal dari daerah Jawa Timur. Kisahnya pun tak kalah menarik dari yang lain lho, Bun.

Dahulu Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raden Putra. Raja tersebut mempunyai dua orang istri, sang ratu yang cantik dan seorang selir. Sayang, hati sang selir dipenuhi dengan rasa iri dan dengki, sehingga ia berencana untuk menyingkirkan sang ratu.

Dengan dibantu oleh tabib kerajaan, sang selir berpura-pura sakit. Tabib mengatakan kepada raja bahwa sang ratulah yang sengaja meracuninya. Sang raja sangat marah ketika mendengarnya, lalu ia pergi menemui ratu.

Sang ratu tentu saja tidak mengakui perbuatannya ketika ditanya karena ia memang tidak melakukan apa-apa. Namun, hati raja sudah tertutup. Raja yang tidak bijak tersebut bahkan menyuruh pengawalnya untuk membunuhnya, padahal sang ratu sedang mengandung.

Sampai di hutan, pengawal tersebut tidak melaksanakan perintah, malah membangunkan sebuah rumah sederhana untuk sang ratu tinggal. Sekembalinya dari hutan, pengawal tersebut membunuh seekor kelinci lalu mengoleskan darah itu pada pedangnya sebagai bukti ia telah membunuh ratu.

Ratu yang tinggal di hutan tersebut sudah melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan tampan.

Saat sedang membantu ibunya mencari kayu bakar, Cindelaras menemukan sebuah telur. Dirawatnya telur tersebut hingga menetas. Ternyata, ayam tersebut adalah ayam ajaib yang sangat kuat dan bisa berbicara.

“Tuanku adalah Cindelaras. Rumahnya di hutan. Dia adalah anak dari Raden Putra.”

Begitu ucapnya berulang-ulang. Mendengar itu, mau tidak mau sang ibu lalu menceritakan semuanya kepada Cindelaras. Ia lalu meminta ijin untuk menemui ayahnya dan menceritakan semuanya.

Dalam perjalanan menuju Jenggala, ia diajak oleh orang beberapa orang untuk mengadu kehebatan ayam miliknya. Tak hanya satu, ternyata ayam tersebut mampu mengalahkan puluhan ayam lain hanya dalam beberapa menit. Berita tersebut sampai ke telinga Raden Putra dan ingin mengadu ayamnya dengan ayam Cindelaras.

Setelah diadu ternyata ayam Cindelaraslah yang menang. Saat ayam tersebut berbicara, barulah raja menyadari bahwa ia mempunyai soerang anak yang ia buang. Raja menyesal lalu meminta maaf dan menemui ratu untuk membawanya pulang.

Menurut Bunda, nilai moral apa yang terkandung dalam cerita rakyat yang singkat dan menarik di atas? Iya, Bunda benar. Lewat kisah ini si kecil nanti dapat belajar untuk tidak mudah percaya dengan omongan orang lain begitu saja.

Seperti Raden Putra yang begitu saja mempercayai omongan tabib padahal si tabib ternyata berbohong. Akhirnya ia menyesal karena telah menelantarkan istri dan anaknya padahal seharusnya ia harus menjaga dan menyanyangi istri dan anaknya.yangi istri dan anaknya.